Cari di Sini

Rabu, 09 Mei 2012

Eropa Tunggu Gebrakan Hollande

PARIS - Eropa tengah menanti berbagai langkah Presiden Prancis terpilih Francois Hollande. Kebijakan Hollande sangat memengaruhi pemulihan ekonomi di zona euro yang kini kembali dibayangi krisis di Yunani pascapemilu. Agenda Hollande menurut beberapa pengamat bertentangan dengan sejumlah pemimpin negara di Eropa karena dia berencana menegosiasikan lagi pakta fiskal blok tersebut.

Pada pidato kemenangannya, Hollande berjanji membuka lagi perundingan untuk memastikan pakta itu fokus pada pertumbuhan ekonomi dan bukan malah memberlakukan peraturan pengetatan anggaran demi menekan defisit. Dia menjadi harapan baru bagi Prancis, terutama generasi muda yang sangat antipenghematan. Pekerjaan dan kenaikan gaji menjadi janji utamanya.

Hollande bakal menaikkan pajak bagi perusahaan besar dan orang yang berpenghasilan 1 juta euro per tahun. Sejarah mencatat, Hollande merupakan Presiden Sosialis Prancis setelah Francois Mitterrand pada 1980-an. Namun,ide Hollande menegosiasikan lagi pakta fiskal blok ditentang Jerman.Kanselir Jerman Angela Merkel kembali mengingatkan,membuka lagi perundingan tentang pakta fiskal Uni Eropa (UE) yang didukung 25 dari 27 negara anggotanya pada Maret itu merupakan langkah mustahil.

Meski demikian, Merkel akan menyambut Hollande di Berlin pekan depan dengan tangan terbuka. “Merkel merupakan kepala negara pertama yang dihubungi Hollande setelah kemenangannya dan Berlin akan menjadi kunjungan pertamanya setelah resmi dilantik,” papar Direktur Kampanye Hollande Pierre Moscovici di Paris kemarin. Jerman merupakan mitra tradisional Prancis di Eropa.

Hubungan baik kedua negara sangat penting bagi stabilitas di UE. Usai pelantikannya nanti, Hollande akan bertemu Merkel di Berlin dan menuju Amerika Serikat (AS) untuk mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi G-8 pada 18–19 Mei dan pertemuan NATO pada 20–21 Mei 2012. Seperti diberitakan, Hollande terpilih sebagai presiden dari Partai Sosialis dalam kurun waktu 17 tahun terakhir.

Dia mengalahkan kandidat incumbent Nicolas Sarkozy setelah meraih 51,67% suara berbanding 48,33% pada pemilu yang digelar Minggu (6/5) waktu setempat. Pemerintah Jepang kemarin juga memperingatkan Hollande untuk tetap menjaga disiplin fiskal di tengah kekhawatiran atas rencana belanja yang berlebihan untuk mendongkrak perekonomian. “Pendirian kami tidak berubah.

Kami ingin Prancis membuat keputusan yang sejauh ini telah disepakati dan saya akan menyampaikannya kepada mereka tentang kesempatan ini,” kata Menteri Keuangan Jepang Jum Azumi seperti dikutip AFP. Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso juga akan segera bertemu Hollande.“Presiden terpilih Hollande dan Barroso sepakat untuk berdiskusi lebih dalam.

Saya tidak dapat mengatakan dengan pasti isi pembicaraan mereka nanti, tapi itu terkait ekonomi,” papar Juru Bicara Barroso, Pia Ahrenkilde-Hansen. Kemenangan Hollande memang sempat mengkhawatirkan beberapa pihak terkait stabilitas ekonomi di Eropa. Di Eropa para pejabat Uni Eropa segera memulai diskusi mengenai cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi zona euro.

Langkah tersebut dilakukan setelah para pemilih di Prancis dan Yunani mendukung pemimpin yang menolak penghematan. Selain itu, fokus pada pertumbuhan terjadi pascakemenangan Hollande. Perhatian lainnya adalah kekalahan dua partai utama Yunani yang meningkatkan kekhawatiran bahwa lemahnya posisi pemerintah koalisi akan menyebabkan penarikan kembali program dana talangan (bailout).

Kondisi tersebut dikhawatirkan semakin memperparah perekonomian Eropa yang sebelumnya kembali masuk ke jurang resesi seiring dengan diterapkannya langkah-langkah penghematan, dalam bentuk pemangkasan anggaran dan kenaikan pajak.Bagi sejumlah kalangan, langkah-langkah tersebut dipastikan akan mengorbankan pertumbuhan.

“Dengan pergeseran angin politik, hasil yang mungkin didapat yakni perjanjian pertumbuhan baru untuk melengkapi perjanjian fiskal,” ujar analis IHS Global Insight, James Goundry, seperti dilansir CNNMoney.com. Dia menambahkan,kondisi ekonomi Eropa harus menjadi alasan pembuka dalam negosiasi langkah-langkah pertumbuhan tambahan yang didiskusikan oleh para pemimpin Eropa, terutama Merkel dalam beberapa bulan mendatang.

Di bagian lain analis mengungkapkan, hasil pemilihan umum (pemilu) terbaru Yunani memungkinkan Negeri Dewa- Dewa tersebut dikeluarkan dari blok mata uang tunggal. Jalan keluar tersebut akan lebih efisien dibandingkan dengan gagal bayar (default). Menurut analis Citigroup, saat ini kemungkinan Grexit––sebutan untuk Yunani jika keluar dari blok euro––sebesar 75%.

“Hasil pemilu tersebut menyoroti penurunan tajam dari dukungan publik bagi partai-partai utama Yunani seperti Partai Demokrasi Baru dan Pasok dalam beberapa dekade serta menggarisbawahi kenaikan oposisi publik terhadap penghematan,” tutur analis Citigroup. syarifudin/chindya citra/ andika hendra m

Tidak ada komentar:

Posting Komentar