Cari di Sini

Senin, 07 Mei 2012

Hollande Diunggulkan Akhiri Era Sarkozy

PARIS – Prancis kemarin menggelar pemilu presiden (pilpres) putaran akhir untuk memilih Nicolas Sarkozy atau Francois Hollande. Pemilu ini dapat mengakhiri pemerintahan Presiden Sarkozy dan menjadikan Hollande sebagai presiden pertama di Prancis dari Partai Sosialis dalam 17 tahun terakhir.

Banyak pengamat mengatakan pilpres ini merupakan akhir era Sarkozy,tetapi semua pihak tetap harus menunggu hingga penghitungan suara selesai. Kubu konservatif yang mendukung Sarkozy mengakui bahwa mereka membutuhkan keajaiban untuk mengubah kondisi yang tidak menguntungkan saat ini. “Dia (Sarkozy) seperti seorang pelari. Dia tidak akan menghiraukan apa pun hingga garis finis.

Tapi saya katakan peluangnya hanya satu dari enam,” tutur anggota lingkaran dalam Sarkozy kepada Reuters. Adapun ekonom dari BNP Paribas Dominique Barbet mengatakan,“Ketidakpastian tentang hasil pemilu ini turun ke level yang sangat rendah.” Pada pilpres putaran pertama, Hollande meraih 28,6% suara dan Sarkozy hanya 26,2% suara. Popularitas Sarkozy terus merosot tajam karena dia dianggap tidak mampu mengatasi tingginya tingkat pengangguran dalam lima tahun pemerintahannya.

Adapun Hollande unggul antara empat hingga delapan poin di atas Sarkozy dalam sejumlah polling terakhir.Hasil pemilu kali ini jelas akan mengubah wajah Prancis dan bahkan Uni Eropa mendatang. Tempat pemungutan suara (TPS) dibuka sejak pukul 8 pagi hingga 6 sore kemarin. Untuk beberapa kota besar di Prancis,TPS ditutup dua jam lebih lama. Hasil penghitungan cepat akan dipublikasikan segera setelah TPS ditutup.

Media massa tidak berani memublikasikan hasil sementara pemilu sebelum batas waktu itu karena berisiko dapat didenda atau dituntut pengadilan. Hollande selama beberapa pekan unggul dalam sejumlah polling.Programnya antara lain menaikkan pajak, khususnya bagi warga berpenghasilan tinggi,untuk mendanai pengeluaran dan mempertahankan tingkat defisit anggaran.

Selain dari berbagai program yang dijanjikannya, Hollande meraih keuntungan dari sentimen anti-Sarkozy yang semakin kuat. Sarkozy dianggap pengkritiknya merupakan sosok yang arogan. Publik juga marah karena ekonomi yang memburuk di negara itu. Pemilu di Prancis ini digelar bersamaan dengan Pemilu Yunani di mana pemilih di dua negara itu diperkirakan akan menghukum partai-partai besar akibat krisis ekonomi.

“Jelas bahwa pemilih akan mengecam berbagai kebijakan pemerintah yang gagal,” papar ekonom peraih Nobel Paul Krugman kepada Reuters TV di NewYork. Sarkozy juga dinilai lambat dalam meluncurkan kampanye dan membeberkan program- programnya. Dia juga sulit meraih dukungan pemilih berpenghasilan rendah karena mereka lebih memilih kandidat sayap kiri radikal atau kanan ekstrem.

Ditambah lagi dua kandidat presiden yang kalah dalam pilpres putaran pertama menolak mendukung Sarkozy. Dua kandidat itu ialah pemimpin kanan jauh Marine le Pen dan sayap tengah Francois Bayrou. Sementara itu, Sarkozy pada Sabtu (5/5) mengurung diri di kediamannya di Paris bersama istrinya mantan supermodel Carla Bruni.

Adapun Hollande dan pasangannya Valerie Trierweiler menemui para pendukung mereka, menandatangani buku,serta mencicipi keju dan strawberry di daerah perdesaan Prancis. Jika Hollande menang pilpres, bersama pemerintahan sayap kiri minoritas di Eropa, dia akan menantang Jerman untuk fokus pada kebijakan penghematan anggaran di zona euro. ●syarifudin   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar