Menurut China, Washington terlalu arogan untuk mengklaim berbicara atas nama rakyat Arab. Pernyataan Beijing itu muncul setelah Hillary pekan lalu menyebut veto China dan Rusia terhadap draf resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) atas Suriah sebagai tindakan “tercela”. “Mereka menempatkan diri mereka sendiri tidak hanya melawan rakyat Suriah tapi juga seluruh kebangkitan Arab,” ujar Hillary menyindir China dan Rusia yang menolak desakan Barat dan Liga Arab agar menekan Presiden Suriah untuk mundur.
China mempertahankan kebijakannya tersebut. “Ini tidak dapat diterima sepenuhnya bagi kami.China selalu memutuskan sikapnya tentang isu Suriah demi perdamaian dan stabilitas Suriah dan Timur Tengah,serta demi perlindungan jangka panjang,kepentingan fundamental rakyat Suriah dan Arab,” tegas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei,dikutip Reuters.
Hong menyatakan, pemerintah China berharap referendum di Suriah pada Minggu (26/2) dapat membuka jalan menuju rekonsiliasi damai. “Pihak luar tidak boleh memberlakukan berbagai rencana untuk Suriah.Kami harap langkah (referendum) akan membantu meningkatkan semangat reformasi di Suriah, meluncurkan dialog politik, dan menjawab permintaan masuk akal rakyat Suriah untuk perubahan dan untuk perlindungan kepentingan mereka sendiri,” paparnya.
Referendum itu menyerukan pemilu parlemen multipartai dalam tiga bulan.Kubu oposisi memboikot referendum tersebut. Kekerasan di Suriah mengakibatkan ketegangan antara kekuatan Barat dan China serta Rusia.Kedua pihak berselisih tentang bagaimana dunia harus melakukan intervensi di tengah kekacauan sipil. Surat kabar People Daily, yang merupakan corong Partai Komunis China,menyoroti konflik antara Barat melawan China dan Rusia.
“Motif AS untuk menunjukkan sebagai pelindung rakyat Arab tidak sulit untuk dibayangkan. Masalahnya ialah, apa dasar moral yang dimiliki untuk kelanjutan ini dan super-arogansi egoisme dan percaya pada diri sendiri itu?” ungkap komentar di harian itu, menyindir invasi AS di Irak. “Hingga sekarang, kekerasan berlanjut di Irak dan rakyat biasa tidak menikmati keamanan. Ini saja cukup bagi kami untuk mengungkapkan pertanyaan besar atas ketulusan dan kemanjuran kebijakan AS.”
China dan Rusia menolak intervensi internasional dalam masalah domestik di Suriah. Apalagi, Rusia merupakan aliansi dekat pemerintahan Damaskus. Pada 5 Februari, China dan Rusia menggunakan veto untuk menolak draf resolusi DK PBB. Beijing dan Moskow juga menolak menghadiri pertemuan “Teman-teman Suriah” di Tunis pada Jumat (24/2), saat Barat dan Liga Arab meningkatkan tekanan terhadap rezim Assad.
Komentar dalam People Daily menegaskan lagi argumen China.“Meski kebijakan luar negeri AS mengklaim landasan moral yang tinggi dengan terompet demokrasi dan kebebasan, Washington juga secara konsisten mengecam Rusia dan China,” ungkap komentar di harian tersebut, dikutip Reuters. Pengamat mengatakan, kekuatan untuk mengakhiri kekerasan di Suriah bergantung pada China dan Rusia.
Selama ini,kedua negara memberikan dukungan diplomatik yang melindungi rezim Damaskus. Sementara itu, kekerasan masih terjadi di Suriah.Artileri pasukan pemerintah membombardir daerah-daerah yang dikuasai pemberontak di Homs kemarin.Roket-roket dan artileri menerjang distrik-distrik Sunni Muslim di kota tersebut. Serangan itu dipimpin aparat dari minoritas Alawite.
“Serangan intensif terjadi di Khalidiya,Ashira,Bayada,Baba Amro, dan kota tua. Militer menembaki dari jalan-jalan utama hingga jalan-jalan kecil. Laporan awal menunjukkan sedikitnya dua orang tewas di daerah pasar,” kata aktivis oposisi Mohammed al-Homsi pada Reuters dari kota di sepanjang jalan Damascus-Aleppo. Sedikitnya 59 warga sipil dan tentara tewas pada Minggu (26/2) bersamaan dengan referendum untuk mengesahkan konstitusi baru.
Konstitusi baru itu memuat beberapa bentuk reformasi, tapi dapat juga mempertahankan kekuasaan Assad hingga 2028. Komite Internasional Palang Merah menyatakan kondisi di beberapa bagian Homs memburuk dari jam ke jam. Tidak ada kesepakatan yang berhasil dibuat untuk mengizinkan korban luka-luka dievakuasi dan bantuan tidak dapat dikirimkan. Saat ini Barat menolak membicarakan peran NATO seperti di Libya,untuk mendukung pemberontak Suriah
.Namun, negara-negaraArab Teluk mendorong sikap lebih tegas. Arab Saudi pekan lalu menegaskan akan mendukung ide mempersenjatai pemberontak. Ide ini tampaknya menjadi peringatan bagi Rusia.
“Saya sangat berharap AS dan negara-negara lain tidak mencoba membuat skenario militer di Suriah tanpa sanksi dari DK PBB,” tegas Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, dikutip Reuters. syarifudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar