WASHINGTON– Amerika Serikat (AS) membuka kemungkinan mempersenjatai
oposisi Suriah jika solusi politik tak dapat menyelesaikan krisis di
negara tersebut.
Pernyataan yang diungkapkan
sejumlah pejabat Gedung Putih dan Kementerian Luar Negeri (kemenlu) AS
itu menunjukkan perubahan sikap Washington yang sebelumnya menekankan
kebijakan tidak mempersenjatai oposisi Suriah. Menteri Luar Negeri
(menlu) AS Hillary Clinton akan bertemu perwakilan 70 negara di Tunis
pada Jumat (24/2). Ini akan menjadi pertemuan pertama “Teman-teman
Suriah” untuk mengkoordinasikan respon komunitas internasional terhadap
gerakan antipresiden Suriah Bashar al-Assad.
“Kami tetap yakin
bahwa solusi politik itu yang diperlukan di Suriah.Kami tidak ingin
mengambil aksi-aksi yang akan berkontribusi lebih lanjut terhadap
militerisasi Suriah, karena itu dapat menjerumuskan negara itu dalam
jalur yang berbahaya. Tapi, kami tidak mengesampingkan langkah- langkah
tambahan,” ungkap juru bicara Gedung Putih Jay Carney,dikutip Reuters.
Juru bicara Kemenlu AS Victoria Nuland saat mengatakan, AS mengubah
sikapnya untuk mempersenjatai pemberontak karena tidak ingin melihat
kekerasan meningkat dan memusatkan upaya politik untuk menghentikan
pertumpahan darah.
“Jika kita tidak dapat menekan Assad seperti
yang sudah kita lakukan, kita mungkin perlu mempertimbangkan
langkah-langkah tambahan,”ujarnya. Nuland menolak menjelaskan apa yang
dimaksud dengan langkah-langkah tambahan itu. Komentar para pejabat AS
itu muncul setelah peringatan dari Kepala Staf Gabungan AS Jenderal
Martin Dempsey bahwa Washington masih tidak cukup tahu tentang
musuh-musuh Assad.“Hingga kita tidak jelas tentang siapa mereka dan apa
yangmerekalakukan,saya pikir akan terlalu dini untuk membahas tentang
mempersenjatai mereka,”tutur Dempsey.
AS dan aliansinya berharap
pertemuan“Teman-teman Suriah” di Tunis pekan ini akan menghasilkan
rencana untuk Suriah,setelah Rusia dan China
mengeluarkanvetodrafresolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(DK PBB) yang mengecam rezim Assad. Pejabat AS menjelaskan, pertemuan
“Teman-teman Suriah” akan fokus membahas cara meningkatkan tekanan
ekonomi tehadap Assad, melalui berbagai sanksi tambahan. Selain itu juga
membahas pengerahan bantuan untuk para korban kekerasan.
Diplomat
Arab menuturkan, upaya mempersenjatai pemberontak Suriah mungkin juga
dibahas. Rusia menyatakan tidak akan menghadiri pertemuan “Teman-Teman
Suriah” karena Pemerintah Suriah tidak memiliki perwakilan dalam acara
tersebut. Beberapa politikus AS, seperti Senator Republikan John McCain,
mendukung upaya mempersenjatai pemberontak Suriah,jika tidak langsung
oleh AS, dapat dilakukan melalui negara lain atau pihak ketiga. “Ada
banyak cara untuk memberikan persenjataan pada orang-orang yang berjuang
melawan tekanan ini, kita tunjukkan itu di Libya,” katanya saat
mengunjungi Yerusalem.
“Mereka yang duduk dan menonton
pembantaian ini berlanjut tanpa menjajaki semua pilihan yang mungkin
dilakukan untuk menghentikannya adalah pengkhianatan bagi semua
keyakinan dan pendirian AS.” Pengamat mengatakan, dengan adanya Rusia
dan Iran yang sangat mendukung Pemerintah Suriah, dukungan AS untuk
mempersenjatai pemberontak dapat sangat berisiko.
“Kekuatan yang
didukung Teman-teman Suriah harus menjadi langkah terakhir.
Mempersenjatai Tentara Suriah Bebas dan berbagai kelompok oposisi lain
mungkin membantu menggulingkan Assad, tapijugameningkatkanpotensi
perpecahan negara atau negara gagal,” ungkap Robert Danin, pengamat
Timur Tengah dari Council on Foreign Relations. Sejumlah pengamat
memperingatkan, upaya mempersenjatai oposisi Suriah dapat mengakibatkan
dampak yang sama dengan yang sekarang terjadi di Libya.
Setelah
rezim Muammar Khadafi digulingkan oleh pemberontak yang dipersenjatai
negara-negara Barat,saat ini Libya terjerumus dalam perang sipil.
Pemerintahan baru Libya tidak dapat mengendalikan para milisi bersenjata
yang kerap melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Sementara, aktivis
oposisi menyatakan, pasukan pemerintah menewaskan lebih dari 60 orang
dalam serangan di sejumlah desa dan gempuran artileri di Kota Homs.
syarifudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar