NEW YORK – Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) membuat
beberapa perkembangan dalam perundingan, untuk meyakinkan Rusia
mendukung resolusi mengecam kekerasan di Suriah.
Duta Besar Inggris di PBB
Mark Lyall Grant menjelaskan hal itu kemarin.Rusia dan China menjadi
sorotan karena keduanya enggan mendukung draf resolusi usulan Barat yang
didukung Liga Arab.Salah satu isi draf itumendesak Presiden Suriah
Bashar al-Assad mundur.Rusia dan China memiliki hak veto untuk menolak
draf resolusi tersebut. ”Kami membuat beberapa kemajuan hari ini. Ada
semangat untuk mendapatkan teks yang dapat diadopsi dalam beberapa hari
selanjutnya,tapi kami belum mencapai ke sana,” tutur Grant setelah
pertemuan anggota DK PBB selama tiga jam,dikutip AFP.
Dubes
Rusia untuk PBB Vitaly Churkin berkata,”Kami memiliki pemahaman lebih
baik tentang apa yang kami perlu lakukan untuk mencapai sebuah
konsensus. Saya pikir ini satu sesi yang sangat bagus.” Resolusi asli
yang diusulkan Maroko dan didukung Liga Arab serta kekuatan
Barat,mendesak Assad mundur dan mengakhiri operasi militer melawan
oposisi yang telah menewaskan antara 5.000 dan 6.000 orang.
Sejumlahdiplomatmengungkapkan, draf resolusi baru diperkirakan mulai
disusun setelah perundingan pada Rabu(1/2) dan diajukan anggota DK PBB
pada Kamis (2/2) untuk diskusi baru.
Seorang diplomat
menjelaskan, perundingan fokus pada tingkat dukungan yang harus
diberikan DK PBB pada proposal Liga Arab untuk menghentikan kekerasan di
Suriah. Rusia dan China merupakan salah satu negara anggota DK PBB yang
ingin teks resolusi itu dengan jelas menolak semua bentuk intervensi
militer asing, seperti terjadi di Libya.Moskow dan Beijing juga khawatir
dengan semua bentuk dukungan perubahan rezim di Damaskus. Rusia merasa
kecolongansaat Barat memanfaatkan resolusi DK PBB untuk Libya sebagai
dalih operasi militer NATO yang menggulingkan rezim Muammar Khadafi.
Setelah
Khadafi terguling, Libya justru terjerumus dalam perang sipil antara
milisi-milisi bersenjata. Barat tampaknya lepas tangan dari perang sipil
di Libya saat ini. ”Kami tidak akan mengizinkan teks yang akan diadopsi
itu jika kami anggap tidak benar dan akan membawa pada konflik yang
lebih dalam,” ungkap Churkin,dikutip RIA Novosti. Sebelum perundingan,
Dubes India untuk PBB Hardeep Singh Puri menuturkan, negaranya tetap
sulit menerima sejumlah kata dalam draf resolusi tersebut.”Pesan perlu
dikirimkan pada kedua pihak. Sekarang Anda berhadapan dengan oposisi
bersenjata. Bagaimana Anda bisa berharap kedua pihak menyetujui
rekomendasi itu jika prasyaratnya ialah satu pihak turun?”paparnya.
Dubes
AS untuk PBB Susan Rice menyatakan masih banyak waktu untuk melihat
perkembangan yang akan terjadi dalam perundingan DK PBB.”Terlalu dini
menurut saya untuk mengetahui apakah akan ada kese-pakatan. Perlu waktu
lama bagi dewan untuk mengambil langkah berarti,”tuturnya. Pada Selasa
(31/1), Menteri Luar Negeri (menlu) Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton
bergabung dengan Menlu Prancis, Inggris, dan Perdana Menteri (PM) Qatar
untuk mendorong resolusi keras terhadap Assad.
Menlu Prancis
Alain Juppe menjelaskan sebelumnya bahwa Rusia menunjukkan sikap yang
tidak terlalu negatif terhadap draf resolusi saat ini.Para diplomat
Barat di New York menyatakan, poin penting dalam draf resolusi itu ialah
untuk tidak melibatkan intervensi militer dalam penyelesaian konflik
Suriah. syarifudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar