WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengesahkan
sanksi baru terhadap Bank Sentral Iran kemarin. Negeri Mullah mengecam
langkah tersebut.
Keputusan baru Obama itu
semakin meningkatkan tekanan terhadap Negeri Mullah tersebut.
Namun,banyak pihak tetap meragukan bahwa berbagai sanksi itu dapat
menghentikan program nuklir Iran saat ini. “Saya telah menetapkan bahwa
sanksi-sanksi tambahan itu terjamin,khususnya terhadap berbagai praktik
Bank Sentral Iran dan bank-bank Iran lainnya, hingga pada semua pihak
yang melakukan transaksi tersembunyi,” tulis Obama dalam pesan yang
disampaikan untuk Kongres AS, dikutip AFP.
Obama juga menyatakan
berbagai aktivitas Iran dapat membahayakan sistem finansial
internasional. Sebelumnya, dalam wawancara dengan NBC, Obama berupaya
meredam kekhawatiran tentang kemungkinan serangan Israel ke Iran.Obama
mengatakan tidak berpikir keputusan semacam itu telah diambil rezim
Zionis karena dapat memicu perang baru di Timur Tengah.
Berbagai
sanksi yang ditandatangani Obama menjadi undang-undang baru pada Minggu
(5/2) akan memblokir semua properti dan kepentingan pemerintah Iran,
Bank Sentral Iran (CBI), dan seluruh institusi keuangan Iran dalam
yurisdiksi AS. Sebelumnya, semua institusi AS diharuskan menolak
berbagai transaksi dengan sistem keuangan Iran. Iran kemarin mengecam
sanksi baru AS tersebut.
Teheran menegaskan bahwa berbagai sanksi
itu tidak akan berdampak. Sebagai bentuk balasan, parlemen Iran
menyatakan mereka mempercepat pengesahan draf undang-undang yang
melarang ekspor minyak Iran ke Uni Eropa (UE), sebelum keputusan blok
itu untuk melarang impor minyak Teheran diberlakukan sepenuhnya. Juru
Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Iran Ramin Mehmanparast
menganggap berbagai sanksi itu akan gagal.
“Ini perang
psikologis yang tidak berdampak. Tidak ada yang baru. Ini telah terjadi
selama lebih dari 30 tahun,” tegasnya,menyebut tiga dekade permusuhan
Washington- Teheran. Ketegangan Iran dan Barat meningkat bulan lalu,
saat Washington dan UE mengambil keputusan untuk melumpuhkan sektor
minyak Teheran untuk memaksa Negeri Mullah menghentikan program
nuklirnya.
Iran menegaskan, setelah UE menyetujui embargo minyak
Iran pada 23 Januari, Teheran akan melawan sanksi itu dengan sanksi
dari Negeri Mullah. Parlemen Iran pada 30 Januari menunda membahas ide
pelarangan penjualan minyak mentah ke UE. Namun, langkah terbaru AS kini
memprovokasi parlemen Iran untuk mempercepat pengesahan draf undang-
undang untuk melarang ekspor minyak Iran ke beberapa negara UE, sebelum
blok Eropa itu melaksanakan embargo minyak Iran pada Juli mendatang.
“Untuk
membalas langkah UE yang didukung Zionis Israel untuk melarang minyak
Iran, kami siap memberlakukan larangan ekspor minyak ke beberapa negara
Eropa,”papar anggota parlemen Iran Mohammad Javad Karimi-Qoddusi,dikutip
kantor berita Fars. “Draf undang-undang itu hampir selesai. Draf itu
akan mengharuskan pemerintah segera menghentikan ekspor minyak ke UE.
Draf
itu juga akan melarang impor berbagai barang dari UE.Mayoritas anggota
parlemen mendukung draf penting tersebut,” kata anggota parlemen Iran
Parviz Sarvari. Dia tidak menyebut tanggal untuk voting draf undang-
undang tersebut. Mehmanparast menekankan bahwa pemerintah Iran tidak
akan menghentikan program nuklirnya meskipun ada sanksi internasional.
Iran
menegaskan bahwa mereka membutuhkan teknologi nuklir untuk menghasilkan
listrik dan tidak untuk membuat senjata atom. “Sanksi-sanksi itu tidak
akan memiliki dampak apa pun pada program nuklir kami dan Barat tidak
akan mencapai tujuannya. Sejarah kami menunjukkan bahwa sanksisanksi
yang seluruhnya tidak logis itu telah mempercepat perkembangan bangsa
kami,” papar Mehmanparast, dikutip kantor berita Reuters.
Mehmanparast
menjelaskan, Iran tidak memiliki transaksi keuangan apa pun dengan AS
sehingga sanksi baru itu akan sia-sia. Menurutnya, Iran akan segera
mengirim surat kepada Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Catherine Ashton
tentang menghidupkan lagi perundingan dengan kekuatan utama. “Iran
selalu menyambut perundingan konstruktif dan produktif, tapi kami selalu
mengatakan bahwa hak nuklir kami tidak dapat dinegosiasikan,”ungkapnya.
Perundingan nuklir Iran pada Januari 2010 gagal, karena Teheran
menolak menghentikan aktivitas pengayaan uranium seperti diinginkan
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan enam kekuatan dunia.
AS
dan Israel menyatakan tidak menutup kemungkinan serangan militer jika
penyelesaian diplomatis gagal menghentikan program nuklir Iran. Teheran
pun memperingatkan akan membalas semua serangan militer asing dengan
menutup Selat Hormuz. syarifudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar