TEHERAN- Tim pengawas dari Badan Energi Atom
Internasional (IAEA) tiba di Teheran kemarin pagi. Kunjungan dua hari itu
bertujuan mencari solusi untuk program nuklir Iran.
Ini merupakan kunjungan kedua delegasi IAEA ke
Iran dalam tiga pekan terakhir. Kunjungan ini dianggap sebagai tes bagi
keinginan Iran menggelar perundingan dengan IAEA tentang aktivitas mencurigakan
terkait pengembangan senjata nuklir, seperti laporan badan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) itu pada November silam.
“Kami harap mendapat dua hari yang baik dan
konstruktif di Teheran,” papar ketua tim pengawas IAEA Herman Nackaerts sebelum
terbang ke Teheran dari Vienna. “Kami harap ada hasil kongkrit dari perjalanan
ini. Prioritas utama tetap pada kemungkinan dimensi militer program nuklir
Iran, tapi kami akan menangani semua isu besar lainnya. Ini tentu saja isu yang
sangat rumit yang mungkin perlu waktu. Tapi kami harap ini bisa konstruktif.”
Pada diplomat Barat di IAEA menyatakan,
perjalanan pertama pada 29-30 Januari lebih pada membangun kepercayaan. Saat
itu tim pengawas tidak menemui tokoh-tokoh penting dalam program nuklir Iran
atau pun mengunjungi fasilitas nuklir manapun.
Sementara, diplomat Barat tidak terlalu
berharap dengan hasil kunjungan IAEA di Iran. “Saya masih pesimistis bahwa Iran
akan menunjukkan kerja sama yang diperlukan, ujar salah satu diplomat di
Vienna, dikutip Reuters.
Laporan IAEA pada November silam menyatakan
Iran melakukan aktivitas terkait produksi senjata nuklir. Sejak terbitnya
laporan itu, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) menerapkan sejumlah sanksi
yang menargetkan sektor minyak Iran. Muncul pula perkiraan bahwa Israel mungkin
melakukan serangan militer ke fasilitas nuklir Iran dalam beberapa bulan
mendatang.
Iran menyangkal laporan IAEA tersebut. Menurut
Teheran, laporan IAEA tidak memiliki bukti yang kuat. Negeri Mullah itu
menegaskan akan membalas semua serangan militer asing ke Iran, termasuk menutup
Selat Hormuz yang merupakan rute penting pengiriman minyak dunia.
Teheran pekan lalu menyatakan siap kembali ke
meja perundingan dengan kekuatan P5+1 yakni AS, Rusia, China, Prancis, Inggris,
dan Jerman. Perundingan itu terhenti di Turki pada Januari 2011.
Sementara, Kepala Staf Gabungan AS Jenderal
Martin Dempsey menegaskan bahwa serangan militer ke Iran akan terlalu dini
karena tidak jelas apakah Teheran akan menggunakan program nuklirnya untuk
membuat bom atom. “Saya yakin bahwa tidak jelas Iran akan merakit bom dan atas
dasar itu, saya pikir akan terlalu dini untuk memutuskan bahwa saat itu opsi
militer perlu kami lakukan,” ungkapnya. Dempsey yakin pemerintah Iran merupakan
aktor yang rasional.
Dalam suratnya pada Kepala Kebijakan Luar
Negeri Uni Eropa Catherine Ashton pekan lalu, Iran menjanjikan membawa
inisiatif baru ke meja perundingan. “Dalam negosiasi ini, kami mencari jalan
keluar isu nuklir Iran saat ini sehingga kedua pihak menang,” ungkap Menlu Iran
Ali Akbar Salehi pada televisi Iran, dikutip Reuters.(syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar