PARIS - Eropa tengah menanti berbagai langkah Presiden Prancis terpilih 
Francois Hollande. Kebijakan Hollande sangat memengaruhi pemulihan 
ekonomi di zona euro yang kini kembali dibayangi krisis di Yunani 
pascapemilu. Agenda Hollande menurut beberapa pengamat bertentangan 
dengan sejumlah pemimpin negara di Eropa karena dia berencana 
menegosiasikan lagi pakta fiskal blok tersebut.
Pada pidato 
kemenangannya, Hollande berjanji membuka lagi perundingan untuk 
memastikan pakta itu fokus pada pertumbuhan ekonomi dan bukan malah 
memberlakukan peraturan pengetatan anggaran demi menekan defisit. Dia 
menjadi harapan baru bagi Prancis, terutama generasi muda yang sangat 
antipenghematan. Pekerjaan dan kenaikan gaji menjadi janji utamanya.
Hollande
 bakal menaikkan pajak bagi perusahaan besar dan orang yang 
berpenghasilan 1 juta euro per tahun. Sejarah mencatat, Hollande 
merupakan Presiden Sosialis Prancis setelah Francois Mitterrand pada 
1980-an. Namun,ide Hollande menegosiasikan lagi pakta fiskal blok 
ditentang Jerman.Kanselir Jerman Angela Merkel kembali 
mengingatkan,membuka lagi perundingan tentang pakta fiskal Uni Eropa 
(UE) yang didukung 25 dari 27 negara anggotanya pada Maret itu merupakan
 langkah mustahil. 
Meski demikian, Merkel akan menyambut 
Hollande di Berlin pekan depan dengan tangan terbuka. “Merkel merupakan 
kepala negara pertama yang dihubungi Hollande setelah kemenangannya dan 
Berlin akan menjadi kunjungan pertamanya setelah resmi dilantik,” papar 
Direktur Kampanye Hollande Pierre Moscovici di Paris kemarin. Jerman 
merupakan mitra tradisional Prancis di Eropa. 
Hubungan baik 
kedua negara sangat penting bagi stabilitas di UE. Usai pelantikannya 
nanti, Hollande akan bertemu Merkel di Berlin dan menuju Amerika Serikat
 (AS) untuk mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi G-8 pada 18–19 Mei dan 
pertemuan NATO pada 20–21 Mei 2012. Seperti diberitakan, Hollande 
terpilih sebagai presiden dari Partai Sosialis dalam kurun waktu 17 
tahun terakhir. 
Dia mengalahkan kandidat incumbent Nicolas 
Sarkozy setelah meraih 51,67% suara berbanding 48,33% pada pemilu yang 
digelar Minggu (6/5) waktu setempat. Pemerintah Jepang kemarin juga 
memperingatkan Hollande untuk tetap menjaga disiplin fiskal di tengah 
kekhawatiran atas rencana belanja yang berlebihan untuk mendongkrak 
perekonomian. “Pendirian kami tidak berubah. 
Kami ingin Prancis 
membuat keputusan yang sejauh ini telah disepakati dan saya akan 
menyampaikannya kepada mereka tentang kesempatan ini,” kata Menteri 
Keuangan Jepang Jum Azumi seperti dikutip AFP. Presiden Komisi Eropa 
Jose Manuel Barroso juga akan segera bertemu Hollande.“Presiden terpilih
 Hollande dan Barroso sepakat untuk berdiskusi lebih dalam. 
Saya
 tidak dapat mengatakan dengan pasti isi pembicaraan mereka nanti, tapi 
itu terkait ekonomi,” papar Juru Bicara Barroso, Pia Ahrenkilde-Hansen. 
Kemenangan Hollande memang sempat mengkhawatirkan beberapa pihak terkait
 stabilitas ekonomi di Eropa. Di Eropa para pejabat Uni Eropa segera 
memulai diskusi mengenai cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi 
zona euro.
Langkah tersebut dilakukan setelah para pemilih di 
Prancis dan Yunani mendukung pemimpin yang menolak penghematan. Selain 
itu, fokus pada pertumbuhan terjadi pascakemenangan Hollande. Perhatian 
lainnya adalah kekalahan dua partai utama Yunani yang meningkatkan 
kekhawatiran bahwa lemahnya posisi pemerintah koalisi akan menyebabkan 
penarikan kembali program dana talangan (bailout). 
Kondisi 
tersebut dikhawatirkan semakin memperparah perekonomian Eropa yang 
sebelumnya kembali masuk ke jurang resesi seiring dengan diterapkannya 
langkah-langkah penghematan, dalam bentuk pemangkasan anggaran dan 
kenaikan pajak.Bagi sejumlah kalangan, langkah-langkah tersebut 
dipastikan akan mengorbankan pertumbuhan. 
“Dengan pergeseran 
angin politik, hasil yang mungkin didapat yakni perjanjian pertumbuhan 
baru untuk melengkapi perjanjian fiskal,” ujar analis IHS Global 
Insight, James Goundry, seperti dilansir CNNMoney.com. Dia 
menambahkan,kondisi ekonomi Eropa harus menjadi alasan pembuka dalam 
negosiasi langkah-langkah pertumbuhan tambahan yang didiskusikan oleh 
para pemimpin Eropa, terutama Merkel dalam beberapa bulan mendatang. 
Di
 bagian lain analis mengungkapkan, hasil pemilihan umum (pemilu) terbaru
 Yunani memungkinkan Negeri Dewa- Dewa tersebut dikeluarkan dari blok 
mata uang tunggal. Jalan keluar tersebut akan lebih efisien dibandingkan
 dengan gagal bayar (default). Menurut analis Citigroup, saat ini 
kemungkinan Grexit––sebutan untuk Yunani jika keluar dari blok 
euro––sebesar 75%.
“Hasil pemilu tersebut menyoroti penurunan 
tajam dari dukungan publik bagi partai-partai utama Yunani seperti 
Partai Demokrasi Baru dan Pasok dalam beberapa dekade serta 
menggarisbawahi kenaikan oposisi publik terhadap penghematan,” tutur 
analis Citigroup. syarifudin/chindya citra/ andika hendra m
Tidak ada komentar:
Posting Komentar