BEIJING – Aktivis China Chen Guangcheng tidak tahu kapan dia akan
diizinkan meninggalkan negaranya,meskipun telah mendapatkan tawaran
beasiswa dari New York University (NYU) di Amerika Serikat (AS).
Chen menyatakan para pejabat AS
masih dilarang masuk rumah sakit tempat aktivis tunanetra itu berada.Dia
telah meminta pejabat China untuk membantu,tapi mereka belum juga
memberikan dokumen pembuatan paspor pada Chen. Padahal pada Minggu (6/5)
lalu, Wakil Presiden AS Joe Biden menjelaskan bahwa visa untuk Chen
akan dikeluarkan segera setelah aktivis itu mengajukan aplikasi.
“Pejabat
China berjanji mereka akan membantu saya mengurus paspor, tapi saya
tidak mendapat waktu yang pasti. Saya belum juga mengisi formulir
paspor.Saya harap mereka dapat membantu saya mengurusnya karena saya
tidur di kasur dan tidak dapat melakukannya sendiri,” tutur Chen,
dikutip BBC. Chen menyatakan telah bicara dengan para pejabat AS. “Saya
telah bicara pada orang dari Kedubes AS dua hari lalu.
Kemarin
(6/5), duta besar datang untuk mengunjungi saya lagi, tapi Kementerian
Luar Negeri China tidak mengizinkannya masuk,”katanya. Pada Minggu
(6/5), Biden mengatakan bahwa AS berharap China akan melaksanakan
komitmen bahwa Chen bisa belajar di AS. Dia telah mendapat tawaran
beasiswa dari NYU.
Chen melarikan diri dari tahanan rumah bulan
lalu,dan berlindung di Kedubes AS di Beijing.Dia meninggalkan Kedubes AS
pada Rabu (2/5) setelah mendapat jaminan keamanannya. Dia kemudian
menyatakan kekhawatirannya terhadap berbagai ancaman terhadap
keluarganya.Dia pun memutuskan meninggalkan China. Aktivis tunanetra itu
selama ini aktif melawan tindakan paksa aparat untuk melakukan aborsi
dan sterilisasi terhadap wanita, dengan dalih kebijakan satu anak
pemerintah China.
Kasus Chen ini membayangi perundingan tingkat
tinggi antara AS dan China. Pemerintah Beijing pekan lalu menyatakan
jika Chen ingin belajar ke luar negeri, dia dapat mengajukan proses
sesuai prosedur dengan sejumlah departemen yang ada melalui jalur normal
sesuai hukum. Kebijakan itu dianggap sebagai solusi untuk mengatasi
krisis diplomatik antara Beijing dan Washington.
Menteri Luar
Negeri AS Hillary Clinton saat berada di Beijing mengatakan bahwa dia
mendukung pernyataan pemerintah China.“Kemajuan telah dibuat untuk
membantunya memiliki masa depan yang dia inginkan,”tuturnya di Beijing.
China mendesak AS untuk meminta maaf karena telah melindungi Chen di
Kedubes AS di Beijing.
Desakan itu diulangi lagi dalam komentar
yang dipublikasikan China Daily kemarin. Beijing menuduh AS melanggar
undangundang China dan hukum internasional, serta mencampuri masalah
dalam negeri China. Pemerintah China kemarin menegaskan,AS harus
melakukan berbagai langkah yang diperlukan untuk mencegah terulangnya
insiden Chen.
“Pihak AS harus mengambil pelajaran dari insiden
terkait dengan sikap bertanggung jawab, mencerminkan kebijakannya dan
melakukan langkah-langkah untuk mencegah insiden serupa,” papar Juru
Bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei. syarifudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar