PARIS – Prancis kemarin menggelar pemilu presiden (pilpres) putaran
akhir untuk memilih Nicolas Sarkozy atau Francois Hollande. Pemilu ini
dapat mengakhiri pemerintahan Presiden Sarkozy dan menjadikan Hollande
sebagai presiden pertama di Prancis dari Partai Sosialis dalam 17 tahun
terakhir.
Banyak pengamat mengatakan pilpres
ini merupakan akhir era Sarkozy,tetapi semua pihak tetap harus menunggu
hingga penghitungan suara selesai. Kubu konservatif yang mendukung
Sarkozy mengakui bahwa mereka membutuhkan keajaiban untuk mengubah
kondisi yang tidak menguntungkan saat ini. “Dia (Sarkozy) seperti
seorang pelari. Dia tidak akan menghiraukan apa pun hingga garis finis.
Tapi
saya katakan peluangnya hanya satu dari enam,” tutur anggota lingkaran
dalam Sarkozy kepada Reuters. Adapun ekonom dari BNP Paribas Dominique
Barbet mengatakan,“Ketidakpastian tentang hasil pemilu ini turun ke
level yang sangat rendah.” Pada pilpres putaran pertama, Hollande meraih
28,6% suara dan Sarkozy hanya 26,2% suara. Popularitas Sarkozy terus
merosot tajam karena dia dianggap tidak mampu mengatasi tingginya
tingkat pengangguran dalam lima tahun pemerintahannya.
Adapun
Hollande unggul antara empat hingga delapan poin di atas Sarkozy dalam
sejumlah polling terakhir.Hasil pemilu kali ini jelas akan mengubah
wajah Prancis dan bahkan Uni Eropa mendatang. Tempat pemungutan suara
(TPS) dibuka sejak pukul 8 pagi hingga 6 sore kemarin. Untuk beberapa
kota besar di Prancis,TPS ditutup dua jam lebih lama. Hasil penghitungan
cepat akan dipublikasikan segera setelah TPS ditutup.
Media
massa tidak berani memublikasikan hasil sementara pemilu sebelum batas
waktu itu karena berisiko dapat didenda atau dituntut pengadilan.
Hollande selama beberapa pekan unggul dalam sejumlah polling.Programnya
antara lain menaikkan pajak, khususnya bagi warga berpenghasilan
tinggi,untuk mendanai pengeluaran dan mempertahankan tingkat defisit
anggaran.
Selain dari berbagai program yang dijanjikannya,
Hollande meraih keuntungan dari sentimen anti-Sarkozy yang semakin kuat.
Sarkozy dianggap pengkritiknya merupakan sosok yang arogan. Publik juga
marah karena ekonomi yang memburuk di negara itu. Pemilu di Prancis ini
digelar bersamaan dengan Pemilu Yunani di mana pemilih di dua negara
itu diperkirakan akan menghukum partai-partai besar akibat krisis
ekonomi.
“Jelas bahwa pemilih akan mengecam berbagai kebijakan
pemerintah yang gagal,” papar ekonom peraih Nobel Paul Krugman kepada
Reuters TV di NewYork. Sarkozy juga dinilai lambat dalam meluncurkan
kampanye dan membeberkan program- programnya. Dia juga sulit meraih
dukungan pemilih berpenghasilan rendah karena mereka lebih memilih
kandidat sayap kiri radikal atau kanan ekstrem.
Ditambah lagi
dua kandidat presiden yang kalah dalam pilpres putaran pertama menolak
mendukung Sarkozy. Dua kandidat itu ialah pemimpin kanan jauh Marine le
Pen dan sayap tengah Francois Bayrou. Sementara itu, Sarkozy pada Sabtu
(5/5) mengurung diri di kediamannya di Paris bersama istrinya mantan
supermodel Carla Bruni.
Adapun Hollande dan pasangannya Valerie
Trierweiler menemui para pendukung mereka, menandatangani buku,serta
mencicipi keju dan strawberry di daerah perdesaan Prancis. Jika Hollande
menang pilpres, bersama pemerintahan sayap kiri minoritas di Eropa, dia
akan menantang Jerman untuk fokus pada kebijakan penghematan anggaran
di zona euro. ●syarifudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar