CHICAGO– Para pemimpin NATO kemarin meluncurkan tahap pertama tameng
rudal yang dipelopori Amerika Serikat (AS) untuk Eropa.
NATO
berupaya meredam kemarahan Rusia terkait sistem tameng rudal
tersebut,dengan memperbarui undangan kerja sama. Dalam konferensi
tingkat tinggi NATO di Chicago, Presiden AS Barack Obama dan aliansinya
mendeklarasikan kemampuan sementara dengan menempatkan satu kapal perang
AS yang membawa pencegat rudal di Mediterania, dan sistem radar
berbasis di Turki di bawah komando NATO di sebuah pangkalan militer
Jerman.
Aliansi militer itu menegaskan bahwa tameng rudal itu
tidak menargetkan Rusia, tetapi bertujuan menghancurkan rudal-rudal yang
dapat diluncurkan musuh Barat, seperti Iran. Namun, Moskow khawatir
sistem tameng rudal itu juga akan menetralisasi kemampuan deterrent
(penangkalan) nuklir Rusia.
“Kami telah mengundang Rusia untuk
bekerja sama dalam pertahanan rudal dan undangan ini masih berlaku. Kami
akan melanjutkan dialog kami dengan Rusia, dan saya harap pada tahap
tertentu Rusia akan menyadari bahwa ada kepentingan bersama kita untuk
bekerja sama dalam pertahanan rudal,”ujar Sekretaris Jenderal NATO
Anders Fogh Rasmussen, dikutip kantor berita AFP.
Rasmussen
menegaskan bahwa NATO harus mampu mempertahankan diri menghadapi ancaman
rudal.“Langkah ini tidak dapat dihalangi Rusia, ini keputusan NATO,”
tuturnya. Rusia menganggap sistem tameng rudal itu mengingatkan kembali
pada konflik saat Perang Dingin. Moskow memperingatkan bahwa langkah
NATO akan direspons Rusia dengan menempatkan rudal jarak pendek,
Iskander, di Kaliningrad, dekat Polandia, negara anggota NATO dan Uni
Eropa (UE).
Konflik mengenai sistem tameng rudal ini menguji
hubungan diplomatik antara ASRusia dekade silam. Isu ini menjadi
permasalahan utama yang diungkapkan Obama saat dia melaksanakan
diplomasi “reset” dengan Rusia pada 2009. NATO berharap Presiden Rusia
Vladimir Putin akan datang ke Chicago, tapi Kremlin justru mengirim
seorang delegasi dengan level lebih rendah untuk mewakili Rusia dalam
konferensi tingkat tinggi tersebut.
Putin yang bertukar posisi
dengan Dmitry Medvedev bulan ini,sering kali berkonflik dengan
pemerintahan AS sebelumnya terkait masalah pertahanan rudal pada dua
periode pemerintahan sebelumnya. Untuk meredakan kemarahan mantan musuh
lamanya saat Perang Dingin,NATO menawarkan bekerja sama dengan Rusia
dalam pertahanan rudal saat konferensi tingkat tinggi sebelumnya pada
November 2010 di Lisbon.
Namun, dua pihak tetap tidak dapat
menemukan landasan bersama. “Ini bukan sebuah proyek yang menargetkan
Rusia, melainkan proyek yang kami inginkan untuk melibatkan Rusia dalam
kepentingan keamanan Eropa.Karena itu,pintu untuk Rusia akan tetap
terbuka,” papar Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle, dikutip
AFP.
Pemimpin NATO dalam deklarasi mengenai Reviu Postur
Pertahanan dan Penangkalan Nuklir menegaskan kembali bahwa pertahanan
rudal itu tidak berorientasi terhadap Rusia atau untuk merusak kemampuan
deterrent strategis Rusia. Tahap pertama mengaktifkan sistem tameng
rudal itu hanya akan memberi kemampuan pertahanan yang sangat terbatas
terhadap rudal-rudal musuh.
Sistem tameng rudal akan
dilaksanakan dalam empat tahap dan akan sepenuhnya beroperasi pada 2018.
Spanyol akan menjadi lokasi bagi empat kapal perang Aegis milik AS di
Pelabuhan Rota. Sementara itu,Polandia dan Rumania telah setuju menjadi
tempat rudal SM-3 berbasis darat milik AS dalam beberapa tahun
mendatang. Moskow menyerukan kontrol bersama atas sistem tameng rudal
tersebut.
Rusia juga mendesak jaminan yang mengikat secara hukum
bahwa sistem itu tidak bertujuan melemahkan kemampuan Negeri Beruang
Merah tersebut. Namun, NATO menolak dua permintaan Rusia tersebut.NATO
bersikeras menolak menandatangani dokumen yang mengikat secara hukum.
syarifudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar