Cari di Sini
Senin, 02 Januari 2012
Iran Uji Coba Rudal Jarak Menengah
TEHERAN– Iran sukses menembakkan rudal jarak menengah dari darat ke udara, kemarin, dalam latihan perang di dekat Selat Hormuz. Penembakan rudal merupakan bagian dari manuver angkatan laut Iran selama latihan perang.
Latihan militer untuk mempertahankan Selat Hormuz dari serangan musuh itu akan berakhir pada hari ini. “Rudal jarak menengah dari darat ke udara itu dilengkapi dengan teknologi terbaru untuk menyerang target-target yang dapat menghindari radar dan sistem intelijen yang hendak mengacaukan navigasi rudal,” ujar Komodor Mahmoud Mousavi pada kantor berita ISNA.“Ini merupakan pertama kali Iran menguji rudal jenis tersebut, yang didesain dan dibuat di dalam negeri.
” Mousavi mengatakan, 10 hari latihan perang berakhir pada Senin (2/1). “Dalam latihan ini, semua kapal dan kapal selam telah menerapkan taktik baru untuk menutup selat jika angkatan laut Iran memutuskannya,”paparnya. Belum diketahui pasti jenis rudal yang diuji coba kemarin dari sebuah kapal atau dari darat.Perincian tentang rudal itu,termasuk jarak yang dapat dijangkaunya tidak diungkapkan oleh militer Iran.
“Angkatan laut Iran juga berhasil menguji coba sejumlah rudal pada Minggu (1/1) yang menargetkan pesawat mata-mata. Mereka juga meluncurkan torpedo dari kapal selam,”ungkap Mousavi. Latihan perang itu dilakukan di perairan yang luas, di timur Selat Hormuz, Teluk Oman, dan Teluk Aden. Menurut Iran, skala manuver militer ini belum pernah dilakukan oleh angkatan laut, baik dari segi jumlah unit yang terlihat hingga kawasan yang meliputi 2.000 kilometer persegi.
Peluncuran rudal dan latihan perang ini merupakan upaya menunjukkan kemampuan militer Iran saat Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat meningkatkan tekanan terhadap program nuklir Teheran. Latihan perang itu menjadi sorotan dunia karena digelar dekat Selat Hormuz. Dalam beberapa hari terakhir, Iran mengancam dapat menutup selat di pintu masuk ke Teluk itu jika Barat menerapkan lebih banyak sanksi.
Ketegangan semakin meningkat di Teluk, karena Presiden AS Barack Obama pada Sabtu (31/12) menandatangani draf undang-undang menjadi undang-undanguntukpenerapan sanksi baru menargetkan bank sentral dan sektor keuangan Iran. Draf undang undangitutelahdisetujuiKongres AS pekan lalu. Undangundang itu memberi presiden AS kekuasaan untuk menerapkan berbagai sanksi yang diperlukan.
Undang-undang tersebut memberi kewenangan memberlakukan sanksi terhadap berbagai institusi keuangan dunia, yang bekerja sama dengan bank sentral Iran terkait program nuklir. “Sekitar 20% minyak dunia melintasi Selat Hormuz sehingga lokasi itu menjadi tempat paling penting secara global,” papar pernyataan Departemen Informasi Energi AS, dikutip AFP. Kepala Kamar Dagang Iran Mohammad Nahavandian mengecam penerapan sanksi baru oleh AS tersebut.
“Langkah itu tidak dapat dibenarkan. Sanksi semacam itu akan memiliki konsekuensi panjang. Bangsa Iran dan keterlibatan dalam perdagangan dan ekonomi akan mencari alternatif lain,”tegasnya. AS dan Uni Eropa telah menerapkan empat paket sanksi melalui Perserikatan Bangsa- Bangsa terhadap program nuklir Iran. Mereka juga menerapkan sanksi sepihak untuk melarang investasi Barat di sektor minyak Iran, sehingga mempersulit masuknya dana ke dalam dan keluar Teheran.
Memberlakukan sanksi terhadap bank sentral Iran akan mempersulit negara itu menerima pembayaran untuk ekspor, terutama minyak yang menjadi sumber utama pendapatan Teheran.Namun,para pejabat Iran menegaskan, berbagai sanksi asing tidak berdampak pada ekonomi negara itu.“Sanksi-sanksi itu meningkatkan biaya transaksi perdagangan dan ekonomi, tapi tidak mampu mengubah perilaku politik Iran,” papar Nahavandian,dikutip Reuters.
Sejauh ini, pemimpin Iran tidak menunjukkan perubahan dalam program nuklirnya, meski mendapat berbagai sanksi internasional untuk menghentikannya. Berbagai institusi keuangan AS telah secara umum dilarang berbisnis dengan bank manapun di Iran, termasuk bank sentralnya. Nahavandian berpendapat, negara-negara Eropa seharusnya tidak mengabaikan peluang investasi di pasar yang sedang bangkit seperti Iran.
“Mempertimbangkan krisis ekonomi di Eropa,berbagai perusahaan Eropa mencari pasarpasar baru,konflik politik tidak berdampak pada hubungan perdagangan,”katanya. Pejabat senior AS menjelaskan, Washington bekerja sama dengan mitra-mitra asing untuk memastikan sanksisanksi itu dapat bekerja tanpa mengganggu pasar energi global. Pejabat AS itu mengatakan, strategi Washington terhadap Iran tidak berubah dengan adanya undang-undang tersebut. syarifudin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar