Cari di Sini
Kamis, 05 Januari 2012
China Tolak Sanksi AS terhadap Iran
BEIJING – China menentang sanksi-sanksi sepihak terhadap Iran. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Hong Lei menegaskan hal itu kemarin.
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama telah mengesahkan undang-undang baru menargetkan bank sentral Iran. Langkah itu setelah AS, Inggris, dan Kanada pada November silam meng-upayakan sanksi tambahan terhadap Iran, mengutip laporan bahwa Iran mengembangkan persenjataan nuklir.
Teheran menyangkal tuduhan tersebut dan menegaskan program nuklirnya untuk tujuan medis dan pembangkit listrik. Beijing menganggap berbagai sanksi sepihak tidak akan menyelesaikan masalah nuklir Iran. ”China konsisten yakin bahwa sanksi-sanksi itu bukan jalan yang tepat untuk meredakan ketegangan atau menyelesaikan isu program nuklir Iran,” papar Hong Lei,dikutip AFP.
”China menentang hukum domestik di atas hukum internasional dan memberlakukan sanksi-sanksi sepihak terhadap negara lain. Jalur yang tepat ialah dialog dan negosiasi,” kata Hong Lei. China dan Iran merupakan mitra ekonomi utama dalam beberapa tahun terakhir. Pada Juli tahun lalu, kedua negara menandatangani sejumlah kesepakatan senilai USD4 miliar untuk proyek-proyek infrastruktur sektor industri,energi, pertambangan,dan air.
Hong mengakui bahwa China memiliki interaksi energi dan ekonomi secara terbuka dan transparan dengan Iran. ”Interaksi ini tidak melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) dan tidak akan mengganggu kepentingan pihak ketiga,” tegasnya. ”Karena itu, interaksi ini tidak boleh terkena dampak.” Sanksi baru AS bertujuan membekukan pendapatan minyak yang sangat penting bagi Iran karena sebagian pembayaran dana dilakukan melalui bank sentral Teheran.
Dengan adanya sanksi AS tersebut,berbagai perusahaan asing dipaksa memilih antara berbisnis dengan Iran atau ekonomi raksasa Negeri Paman Sam.Saat mengumumkan sanksi baru terhadap Iran,AS menyatakan khawatir dengan pencucian uang. China tampaknya khawatir dengan sanksi baru AS tersebut, karena Beijing merupakan pembeli terbesar minyak Iran, diikuti India dan Jepang. Hanya Arab Saudi dan Angola yang menjual minyak mentah lebih banyak daripada Iran ke China.
Sebagai anggota tetap DK PBB,China dapat memveto resolusi yang hendak menerapkan sanksi pada Iran.Namun,Beijing selama ini berupaya memastikan hubungannya dengan Teheran tidak terganggu akibat sanksi internasional.Tahun lalu perusahaan investasi China di minyak dan gas Iran menurun,tampaknya oleh karena friksi komersial dan paling tidak Beijing berupaya mengurangi risiko perusahaan minyak China terkena sanksi AS tersebut. Pada November, Inggris menyatakan mengurangi kontak antara sistem keuangannya dan Iran. syarifudin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar