Cari di Sini
Senin, 02 Januari 2012
Keunggulan Iran, Dari Rudal Hingga Perang Cyber
Iran kemarin menguji coba rudal jarak jauh serta berbagai jenis rudal dari darat ke laut, laut ke laut, dan darat ke udara. Rudal-rudal tersebut ditembakkan dalam latihan perang 10 hari di Teluk Persia.
Teheran menyatakan latihan perang itu untuk menunjukkan kemampuan Iran menghadapi semua serangan oleh musuh-musuhnya seperti Israel atau Amerika Serikat (AS). Media Iran menulis, latihan angkatan laut saat ini berbeda dari sebelumnya karena keluasan area, perlengkapan militer dan taktik yang dikembangkan. Pada latihan militer 2009, Iran menguji coba rudal dari darat ke darat, Shahab-3, yang diklaim mampu mencapai Israel dan pangkalan militer AS di Timur Tengah.
Israel dan AS sangat khawatir dengan kemampuan rudal-rudal Iran, termasuk Shahab-3, rudal balistik jarak menengah strategis dengan jangkauan hingga 1.000 kilometer. Iran juga memiliki rudal Ghadr-1 dengan jangkauan 1.600 kilometer dan variasi Shahab-3 yang disebut Sajjil-2 dengan jangkauan 2.400 kilometer.
Selain khawatir dengan rudal-rudal yang dimiliki Iran, Washington juga resah dengan kemampuan Teheran dalam perang cyber. Apalagi dengan tertangkapnya sebuah pesawat mata-mata milik AS, RQ-170 Sentinel. Pesawat mata-mata tanpa awak itu berhasil ditangkap oleh unit perang cyber Garda Revolusi Iran dan dibawa mendarat dengan selamat.
AS meminta pesawat itu dikembalikan ke Pentagon tapi Iran menolak permintaan tersebut karena pesawat itu telah melanggar batas wilayah. Pada 16 Desember, Christian Science Monitor mempublikasikan pernyataan insinyur Iran yang mengaku menangkap pesawat mata-mata AS tersebut. “Saya menemukan kelemahan sistem navigasi pesawat itu dan menangkapnya dengan sistem blokade elektronik,” papar insinyur Iran tersebut.
Pesawat itu biasanya digunakan di Afghanistan karena Taliban tidak memiliki pakar dan teknologi untuk menangkap pesawat tersebut. Pesawat yang dapat terbang di ketinggian 12.000 meter itu sangat berharga jika Iran dapat membongkar dan mengamati teknologinya.
RQ-170 berada di berbagai pangkalan militer AS setelah Perang Irak 2003. Angkatan Udara AS mengakui pesawat itu terlibat dalam berbagai misi rahasia pada awal 2010.
Iran juga menyatakan bahwa dua pesawat mata-mata tertangkap di Basra pada Januari dan satu pesawat di Qum pada Juli. Menurut Teheran, software komputer berharga USD26 (Rp234.000) digunakan dalam operasi untuk menangkap pesawat mata-mata AS. “Pesawat ini ditangkap tanpa bantuan pakar asing,” kata Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi.
Iran juga berhasil memblokir akses ke situs internet, Virtual Embassy Tehran, yang dibuat AS. Langkah ini menunjukkan ambisi Teheran untuk memberikan perhatian lebih besar pada investasi teknologi dalam riset dan pengembangan.
“Bisa jadi terjadi perang cyber antara AS dan Iran saat ini dan di masa depan. Iran sangat bertalenta dalam perang cyber,” ungkap CEO Google Eric Schmidt, saat wawancara eksklusif dengan CNN International.
Keunggulan Iran dalam teknologi rudal dan perang cyber menjadi nilai lebih yang diperhitungkan oleh Barat. Kedua kemampuan inilah yang seharusnya lebih dikhawatirkan Barat, daripada senjata nuklir yang belum tentu dimiliki Iran.
Kemampuan Iran dalam teknologi rudal itu sudah ditunjukkan kemarin. Karena itu, momen ini dimanfaatkan oleh negosiator nuklir Iran Saeed Jalili yang akan menulis surat pada kepala urusan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton bahwa Teheran siap untuk perundingan nuklir yang baru. “Jalili akan segera mengirim surat pada Catherine Ashton tentang format neogsiasi, lalu perundingan baru akan dilakukan dengan kekuatan utama,” papar Duta Besar Iran untuk Jerman Alireza Sheikh Attar, dikutip kantor berita Mehr.
Perundingan nuklir yang diikuti Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yakni AS, Rusia, China, Inggris, dan Prancis, ditambah Jerman (P5+1), terhenti pada Januari 2011.
Tawaran Iran untuk menggelar perundingan nuklir yang baru itu tampaknya juga menjadi cara untuk melunakkan Barat agar tidak menerapkan sanksi yang melumpuhkan eksport minyak Teheran. Minyak sangat vital bagi Iran dan menjadi tulang punggung perekonomian negara tersebut.
Menerapkan sanksi terhadap sektor minyak Iran berarti melumpuhkan perekonomian dan menjatuhkan negara itu dalam krisis multidimensi. Menteri Minyak Iran Rostam Qasemi juga memperingatkan, harga minyak dunia akan naik lebih dari USD200 per barrel jika sanksi internasional diterapkan terhadap eksport minyak Iran. “Tak diragukan lagi, harga minyak mentah akan naik secara dramatis jika sanksi-sanksi diberlakukan terhadap minyak kita. Harganya akan mencapai lebih dari USD200 per barrel,” tegasnya. (syarifudin)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar