Cari di Sini

Senin, 06 September 2010

Memimpin Perburuan Planet Mirip Bumi




Perburuan manusia terhadap planet-planet seperti Bumi tak pernah berakhir. Untuk itulah NASA menciptakan pesawat antariksa bernama Kepler yang akan diluncurkan dengan roket Delta 2 di Cape Canaveral pada Jumat (13/3) malam mendatang.

William Borucki memimpin misi pencarian Bumi yang baru itu. Menurut Borucki, jika semua berjalan lancar, Kepler akan melakukan petualangannya memasuki orbit Matahari, setelah diluncurkan dari Canaveral.

“Dengan menjelajahi orbit Matahari, Keplar akan memulai misi menemukan planet-planet seperti Bumi di lokasi-lokasi seperti Bumi. Planet itu harus tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas. Zona-zona sekeliling bintang di mana ada air,” ujar alumnus fakultas Fisika dari University of Wisconsin, Madison itu.

Singkat kata, astronom kawakan NASA di Ames Research Center, Moffett Field, California, itu menjelaskan, misi pesawat tanpa awak itu ialah menemukan tempat-tempat di mana kehidupan manusia dapat berlanjut.

“Kepler dapat menemukan puluhan planet seperti itu, jika memang ada. Kami tidak hanya menemukan planet baru, tapi mengetahui betapa langka planet-planet seperti Bumi ini di dalam tata kosmos alam semesta,” tutur Borucki.

Kepler, menurut Borucki, menjadi semacam aktivitas sensus planet pertama yang dilakukan umat manusia. Strategi yang digunakan Kepler ialah dengan mencari dan mengamati bayangan planet-planet yang jumlahnya milyaran di alam semesta, melalui teleskop berdiameter 55 inchi.

Borucki dengan bangga menjelaskan tentang teleskop yang dibawa Kepler tersebut. “Teleskop itu memiliki kemampuan 95 juta pixel kamera digital. Selama tiga setengah tahun ke depan, teleskop itu akan beroperasi dengan konstelasi Cygnus dan Lyra,” katanya.

Menurut Borucki, teleskop itu dapat menangkap cahaya 100.000 bintang setiap setengah jam. Alat itu akan terus menangkap momen ‘blip’ saat bintang-bintang dan planet-planet melintasi matahari. “Fenomena ini dikenal dengan transit,” ujarnya.

Keampuhan teleskop Kepler juga dibanggakan para ilmuwan. “Dilihat dari luar sistem tata surya, Bumi hanya mendapatkan 0,008% cahaya Matahari saat melintas di depannya atau ‘transit’. Kepler telah didesain untuk mendeteksi perubahan cahaya sekecil 0,002% serupa dengan seekor kutu yang melintasi sebuah lampu sorot mobil,” ujar James Fanson, manajer proyek Jet Propulsion Laboratory yang ikut menyukseskan misi Kepler.

Borucki menekankan, untuk mendeteksi suatu planet sekecil Bumi, diperlukan pencitraan yang dilakukan di antariksa yang jauh dari pengaruh atmosfer Bumi. Selama ini penemuan planet-planet baru dilakukan menggunakan teleskop di bumi. Hal ini jelas tidak terlalu akurat karena atmosfer Bumi membuat bayangan bintang dan planet itu menjadi bias atau berkelip-kelip.

Tentu saja, proses pencarian planet serupa Bumi ini tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Diperlukan waktu sekitar tiga tahun atau lebih, hanya untuk memotret bintang-bintang dan planet-planet. Selama itu pun tidak dapat dipastikan apakah Kepler telah menemukan planet serupa Bumi atau belum. Itu artinya, misi itu akan berlangsung, bahkan setelah masa pemerintahan Presiden AS Barack Obama berakhir.

“Jika Kepler mampu menemukan planet seperti Bumi, kehidupan dapat berlangsung di sana. Hasil kerja teleskop itu akan menuntut para ilmuwan menemukan gambar-gambar ‘titik biru muda’ di alam semesta, dan menemukan kehidupan serta pengetahuan baru,” kata Borucki. “Titik biru muda” merupakan istilah yang dipopulerkan astronom dan pakar antariksa asal Cornell University, Carl Sagan.

Borucki sangat sadar, jika ternyata Kepler tidak menemukan planet apa pun seperti Bumi di alam semesta ini, itu berarti planet seperti Bumi benar-benar jarang. “Kita mungkin hanya satu-satunya kehidupan di alam semesta ini dan kesadaran bahwa kita sendirian di jagad raya ini, baru dimulai. Ini berarti tidak ada cerita seperti ‘Star Trek,’” ujarnya.

Sebagai pemimpin tim pencarian planet serupa Bumi, Borucki menjelaskan, penemuan planet pertama yang mirip bumi dan mengitari bintang seperti matahari terjadi pada 1995 oleh Michel Mayor dan timnya di Geneva Observatory. Tahun-tahun setelah itu, ada banyak penemuan sekitar 340 buah planet, yang semuanya justru semakin membingungkan para astronom karena dibuat berdasarkan metode yang lemah.

“Planet terkecil serupa Bumi yang ditemukan, memiliki berat tiga kali dibandingkan massa Bumi. Planet itu dikenal dengan nama MOA-2007-BLG-192-L b. Namun para astronom belum yakin apakah planet itu mengelilingi bintang sebenarnya atau tidak,” kata Borucki.

Jelas, misi Kepler merupakan bentuk penghormatan tertinggi pada Borucki yang telah berkiprah di NASA pada 1980-an. Saat itu belum ditemukan satu planet di luar tata surya yang mirip dengan keadaan Bumi.

Borucki merupakan salah satu ilmuwan paling senior di NASA. Dia merupakan ilmuwan antariksa yang menjadi Direktur Riset Antariksa dan Astrobiologi, serta berkiprah di Ames Research Center Detection yang mendeteksi keberadaan planet-planet di luar tata surya.

Sejak 1962 hingga 1972, Borucki telah mengembangkan instrumen spectroscopic untuk membuat plasma yang akan meredam kejutan getaran dalam kecepatan super. Hasil penelitiannya digunakan untuk mendesain tameng panas dalam berbagai misi Apollo.

Pada 1972, dia bergabung dalam Theoretical Studies Branch dan mengembangkan berbagai model foto kimia stratosphere dan mesosphere Bumi untuk menyelidiki dampak emisi nitric oxide dan fluorocarbon di ozon Bumi. Dia juga melakukan berbagi riset untuk menentukan efisiensi cahaya di tiap jenis atmospher. (syarifudin, sindo 10 maret 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar