Cari di Sini

Senin, 06 September 2010

Langkah Konservatif untuk Atasi Resesi




Pengunduran diri Menteri Keuangan Jepang Shoichi Nakagawa kemarin adalah pukulan telak bagi Perdana Menteri (PM) Taro Aso. Turunnya popularitas Aso hingga 10% dan krisis ekonomi yang kian memburuk, membuat posisinya kian terancam.

Di tengah situasi genting itulah, Menteri Ekonomi dan Kebijakan Fiskal Jepang Kaoru Yosano, 70, dilirik Aso untuk menggantikan Nakagawa yang mengundurkan diri setelah menyangkal mabuk dalam konferensi pers G7.

Yosano merupakan pendukung kebijakan fiskal konservatif. Di tengah krisis ekonomi terburuk sepanjang sejarah Jepang, pakar perpajakan itu memprioritaskan memperbaiki sektor keuangan publik yang porak poranda diterjang krisis. Pengalaman panjangnya menjadi taruhan baginya untuk menyeimbangkan anggaran pada 2012, sebagai langkah pamungkas hingga krisis ekonomi global itu bisa berlalu.

“Ekonomi Jepang, tanpa diragukan lagi, mengalami krisis terburuk sejak Perang Dunia II,” papar Yosano yang memaparkan bahwa gross domestic product (GDP) merosot hingga 3,3%. Ekonomi kedua terbesar di dunia itu juga mengalami penurunan 14% nilai eksport.

Situasi itu menurut Yosano dapat mengakibatkan dipecatnya puluhan ribu tenaga kerja di berbagai perusahaan dalam beberapa bulan mendatang. Situasi itu kian memperburuk kemampuan belanja konsumen.

Untuk meredam kekacauan ekonomi itu, Yosano mengisyaratkan tekad pemerintah untuk menyiapkan paket stimulus ekonomi yang baru. Namun Yosano menekankan, pemerintah tidak mempertimbangkan langkah stimulus tambahan hingga parlemen mengesahkan anggota untuk fiskal yang dimulai pada 1 April. Menurut media Jepang, total rencana paket stimulus baru itu melibatkan dana sebesar USD218 milyar hingga USD327 milyar.

Langkah penyelamatan ekonomi yang akan dilakukan Yosano itu seiring dengan kebijakan bersama negara-negara lain. “Seluruh menteri keuangan dan bank sentral anggota G7 berkomitmen bekerja sama menggunakan seluruh kemampuan untuk mendukung ekonomi,” papar Yosano setelah mengikuti pertemuan G7 di Roma pada akhir pekan silam.

Sejumlah pakar meyakini kemampuan pria gaek itu. Meskipun dia termasuk pendukung kebijakan fiskal konservatif, namun dia dapat menjadi lebih fleksibel dalam belanja negara saat resesi ekonomi kian memburuk.

“Satu hal bagus tentang Yosano ialah dia benar-benar menginginkan pekerja itu. Dia ingin menjadi pembuat kebijakan, namun dulu dia kecewa karena PM tidak memberikan posisi itu,” ujar Jesper Koll, CEO Tantallon Research Japan.

Berbagai keberhasilan sepak terjang Yosano memang telah diakui banyak pihak. Dia merupakan pendorong peningkatan pajak konsumsi untuk memperbaiki struktur fiskal. Selain itu, dia juga mendorong penggunaan pajak konsumsi itu untuk membantu membiayai anggaran dana keamanan sosial bagi warga Jepang yang kebanyakan manula.

Langkah Yosano disambut publik dengan suka cita karena memang Jepang merupakan negara dengan penduduk berusia 60 tahun terbanyak di dunia. Itu menjadikan masalah dana keamanan sosial sama penting dan gentingnya dengan masalah besar lainnya.

Yosano sebenarnya bukan tokoh yang asing bagi rakyat Jepang. Dia pada September silam berada di posisi dua setelah Aso dalam pertarungan merebut kursi PM. Setelah itu, dia menjadi salah satu tulang punggung dalam pemerintahan Aso.

Politisi Jepang kelahiran 22 Agustus 1938 itu merupakan anggota Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa. Dia pernah menjadi anggota DPR (House of Representative) sebanyak sembilan kali periode di Majelis Rendah, mewakili distrik pemilihan Tokyo. Yosano pernah menjadi Kepala Sekretaris Kabinet semasa PM Shinzo Abe dari Agustus 2007 hingga September 2007.

Karir politiknya dirintis sejak dia lulus dari University of Tokyo pada 1963. Karirnya tidak dimulai dengan mulus. Dia pernah gagal saat maju merebut kursi DPR pada 1972. Kegagalan itu tak membuatnya surut untuk terjun di dunia politik.

Cucu penyair Jepang tersohor, Yosano Akiko dan Yosano Tekkan, itu kemudian menjadi sekretaris Yasuhiro Nakasone, anggota parlemen. Yosano maju lagi dalam pemilu parlemen pada 1976 dan terpilih untuk pertama kali. Dari sanalah, namanya kian terkenal dan pada 27 Agustus 2007 dia dipilih sebagai Kepala Sekretaris Kabinet PM Shinzo Abe, menggantikan Yasuhisa Shiozaki. Jabatan itu kemudian diberikan pada Nobutaka Machimura pada 27 September 2008 saat Yasuo Fukuda menggantikan Abe.

Saat Fukuda mundur, Yosano mengumumkan pencalonannya sebagai Presiden LDP pada 8 September 2008. “Saya yakin para politisi harus menunjukkan citra yang bersih pada poblik. LDP menghadapi krisis terbesar sejak partai itu didirikan. Saya akan maju dengan semangat tinggi untuk memimpin Jepang. Jepang kini menuju krisis. Saya akan bertarung untuk mengatasi situasi ini demi kepentingan rakyat,” paparnya.

Namun sayang, saat itu Yosano hanya mendapatkan 66 suara, sedangkan Aso meraih 351 suara dari total 527 suara di parlemen Jepang. Dengan posisi kedua setelah Aso itu, impian Yosano untuk menjadi PM harus “ditunda.”

Alasannya, saat ini, nama Yosano kembali menguat di antara daftar orang-orang potensial yang dapat dicalonkan menggantikan Aso jika pemerintahannya jatuh.


Di tengah kesibukan membenahi ekonomi Jepang, dia tetap aktif menyalurkan hobinya bermain golf, mengutak atik komputer, fotografi, memancing, dan bermain game-game tradisional Jepang. (syarifudin, sindo 18 februari 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar